Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia sebagaimana diutarakan dari Anas bin Malik  bahwa Rasulullah bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ هُمْ ؟ قَالَ: هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ ، أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ

“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasul menjawab, “Para ahli al-Qur’an. Merekalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Siapakah keluarga Allah itu? Mereka, kata Imam Al-Manawi adalah para penghafal al-Qur’an yang mengamalkannya. Mereka disebut sebagai kekasih Allah yang dikhususkan dari kalangan manusia sebagai bentuk penghormatan kepada mereka seperti penamaan Baitullah (rumah Allah).

Sementara menurut Imam At-Tirmizi dalam Faidhul Qadir, mereka adalah para pembaca yang telah membersihkan hatinya dari sifat lalai dan menghindari dosa. Mereka membersihkan dirinya dari dosa yang tampak maupun yang tersembunyi, lalu menghiasi dirinya dengan ketaatan.

Menjadi ahli al-Quran tak cukup hanya membacanya, namun ia harus mengamalkan dan menghormati hukum-hukumnya, serta berakhlak dengannya.

Sudah sepantasnya, kata Al-Hafiz Muhammad bin Husain Al-Ajuri, bagi orang yang Allah ajarkan al-Qur’an dan diberi kemuliaan dengannya berbeda sikapnya dengan orang yang tidak memilikinya. Dia  harus memantaskan diri untuk menjadi ahli al-Qur’an, keluarga Allah dan orang pilihan-Nya. Menjadikan al-Qur’an selalu bersemi dalam hati, menghidupkan apa yang rusak di hatinya. Beradab dengannya dan berakhlak mulia tidak seperti kebanyakan orang yang tidak menghafal al-Qur’an.

Seseorang yang bercita-cita menjadi bagian dari keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya hendaknya tidak mengkhatamkan al-Qur’an lebih dari sebulan.

Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma menuturkan bahwa Nabi sallallahu’alaihiwa sallam bersabda:

اقْرَأ الْقُرْآنَ فِي كُلِّ شَهْرٍ، قَالَ إِنِّي أُطِيقُ أَكْثَرَ، فَمَا زَالَ حَتَّى قَالَ: فِي ثَلَاثٍ

“Bacalah (khatamkan) Al-Qur’an setiap bulan.” (Abdullah bin Amar) berkata, “Aku mampu lebih (cepat) dari itu.” Beliau terus meminta sampai mengatakan, “Pada setiap tiga hari.” (HR. Bukhari)

Oleh: arrisalah.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *